WELCOME

this blog is for everyone. Enjoy this blog :)

Minggu, 23 November 2014

Maman Cleome rutidospermae



LAPORAN PENCANDRAAN
STRUKTUR PERKEMBANGAN TUMBUHAN I

MAMAN
Cleome rutidospermae


  NAMA                    : TIRZA FEBRIANY SOPACUA
  NIM                         : H411 13 335
  KELOMPOK         : II (DUA)
  ASISTEN                : RISNAWATI

 


















LABORATORIUM BOTANI
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2014
LEMBAR PENGESAHAN
            Laporan pencandraan ini disusun sebagai salah satu syarat untuk mengikuti ujian praktikum Struktur Perkembangan Tumbuhan I.

 NAMA :  TIRZA FEBRIANY SOPACUA
                          NIM      :  H411 13 335





Makassar, 25 November 2014

Koordinator Praktikum                                             Asisten Pembimbing

   NURUL QALBI                                                            RISNAWATI
   NIM: H411 11 271                                                        NIM: H411 11 009


Mengetahui,
Penanggungjawab Mata Kuliah


DR. SRI SUHADIYAH, M.Agr.
NIP. 195404031988102 001
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan berkat-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan laporan praktikum pencandraan tumbuhan ini. Pada dasarnya, tujuan dibuatnya laporan ini adalah untuk memenuhi salah satu syarat dalam mengikuti ujian laboratorium Struktur Perkembangan Tumbuhan 1.
Terima kasih saya ucapkan untuk asisten pembimbing yang telah membimbing dalam pengerjaan laporan ini, sehingga laporan ini dapat terselesaikan dan juga kepada teman-teman yang turut berpartisipasi dalam penyusunan laporan pencandraan ini.
Saya sadar bahwa dalam penyusunan laporan ini masih banyak kekurangan dan hal-hal yang perlu disempurnakan, oleh sebab itu saya sangat mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca demi sempurnanya laporan ini.




Makassar, November 2014


      Tirza Febriany Sopacua








DAFTAR ISI

Lembar Pengesahan ............................................................................................2
Kata Pengantar ....................................................................................................3
Daftar Isi ...............................................................................................................4
BAB I  Pendahuluan..........................................................................................5 I.1  Latar Belakang ................................................................................................5
I.2  Tujuan .............................................................................................................6
I.3  Alasan Memilih Judul.........................................................................6
BAB II Tinjauan Pustaka ....................................................................................7
II.1 Tinjauan Umum ..............................................................................................7
II.2 Tinjauan Khusus ............................................................................................12
II.2.1 Segi Botani..................................................................................................12
II.2.2 Segi Ekologi................................................................................................13
II.2.3 Aspek Pertumbuhan (Reproduksinya)........................................................13
II.2.4 Aspek Ekonomi, Sosial dan Budaya……………………………………...13
BAB III Kunci Determinasi dan Klasifikasi……………………………...…...16
III.1 Kunci Determinasi .......................................................................................16
III.2 Klasifikasi ....................................................................................................17
BAB IV Pencandraan .........................................................................................19
IV.1  Pencandraan Umum .....................................................................................19
IV.2  Pencandraan Khusus ....................................................................................20
IV.2.1 Akar (Radix)……………………………………………………………...20
IV.2.2 Batang (Caulis)…………………………………………………………...21
IV.2.3 Daun (Folium)……………………………………………………………22
IV.2.4 Bunga (Flos)……………………………………………………………...24
IV.2.5 Buah dan Biji (Fructus dan Semen)……………………………………...25
BAB V Kesimpulan dan Saran………………………………………………...26
V.1   Kesimpulan .................................................................................................26
V.2   Saran. ..........................................................................................................26
DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................27
BAB I
PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang
            Penyandraan atau pertelaan (deskripsi, deskriptio) adalah teknik penggambaran sifat-sifat tumbuhan dalam tulisan verbal yang dapat dilengkapi dengan gambar, data penyebaran, habitat, asal-usul, manfaat dari golongan tumbuhan yang dimaksud. Pertelaaan golongan (takson) tumbuh dapat pada tinglkat suku (familia), marga (genus), jenis (spesies), dan dibawah tingkat jenis yaitu anak jenis (sub jenis), varitas (varietas), dan forma. Pertelaan suatu jenis takson tumbuhan dilakukan untuk populasi dalam wilayah penyebarannya sehingga dapat menggambarkan variasi sifat yang ada. Untuk mempertelakan suatu takson tumbuhandiperlukan adanya aturan baku tertentu (Issirep, 2005).
Di Indonesia, Maman Cleome rutidospermae di kenal sebagai tumbuhan liar dan belum dibudidayakan. Habitat tumbuhan ini berada di tempat yang teduh dan biasanya juga di tempat yang lembab.
            Melalui penyandraan kita dapat lebih memahami materi-materi selama melakukan praktikum, karena dalam penyandraan ini mencakup semua materi yang telah didapat, yang pastinya akan mempermudah mahasiswa dalam memahami mata kuliah struktur perkembangan tumbuhan I.
            Berdasarkan pernyataan di atas maka dibuatlah laporan penyandraan tanaman ini dengan jenis tanaman yang dideskripsikan adalah Maman           Cleome rutidospermae.
I.2 Tujuan
            Tujuan dari pembuatan laporan penyandraan ini yaitu:
1.      Untuk deskripsi, klasifikasi, dan kunci determinasi dari Maman         Cleome rutidospermae.
2.      Untuk mengetahui morfologi dari Maman Cleome rutidospermae.
3.      Untuk mengetahui pencandraan dari Maman Cleome rutidospermae.

I.3 Alasan Memilih Judul
Alasan memilih Maman Cleome rutidospermae sebagai judul pencandraan yaitu untuk lebih mengetahui dan memahami tentang karakteristik umum dari Maman Cleome rutidospermae, serta beberapa manfaat dari tanaman ini karena tanaman Maman ini tumbuh liar dan belum familiar dikalangan masyarakat. Dengan demikian, karena adanya penyandraan suatu tumbuhan dapat mempermudah kita lebih mengenali suatu tumbuhan.










BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Tinjauan Umum
Pencandraan atau pertelaan (deskripsi, deskriptio) adalah teknik pengambaran sifat-sifat tumbuhan dalaam tulisan verbal yang dapat dilengkapi dengan gambar, data penyebaran, habitat, asal-usul, manfaat dari golongan tumbuhan yang dimaksud. Pertelaan golongan (takson) tumbuh dapat pada tingkat suku (familia), marga (genus), jenis (spesies), dan dibawah tingkat jenis yaitu anak jenis (sub jenis), varitas (varietas), dan forma. Pertelaan suatu jenis takson tumbuhan dilakukan untuk populasi dalam wilayah penyebarannya sehingga dapat menggambarkan variasi sifat yang ada. Untuk mempertelalakan suatu takson tumbuhan diperlukan adanya aturan baku tertentu (Issirep, 2005).
Suatu jenis makhluk hidup yang baru ditemukan harus dicandra terlebih dahulu. Mencandra adalah mengidentifikasi atau mendeskripsi ciri-ciri suatu makhluk hidup yang akan diklasifikasi. Untuk mencandra atau mengidentifikasi makhluk hidup yang baru saja dikenal, kita memerlukan alat pembanding. Alat pembanding tersebut dapat berupa gambar, spesimen (awetan hewan atau tumbuhan), hewan atau tumbuhan yang sudah diketahui namanya, serta kunci identifikasi. Kunci identifikasi disebut juga kunci determinasi                                  (Van Steenis, dkk., 1997).
Kunci identifikasi atau kunci determinasi pertama kali diperkenalkan oleh Carolus Linnaeus. Namun, sebenarnya Jean Baptiste de Lamarck-lah yang menggunakan kunci modern untuk tujuan identifikasi. Salah satu kunci identifikasi adalah kunci analisis menggunakan ciri taksonomi yang saling berlawanan. Tiap langkah dalam kunci tersebut dinamakan kuplet yang terdiri atas dua bait pernyataan atau lebih. Kedua bait tersebut berisi dua ciri yang saling berlawanan sehingga disebut kunci dikotomis . Jika salah satu ciri ada yang cocok dengan ciri makhluk hidup yang diidentifikasi, ciri atau alternatif lainnya gugur (Van Steenis, dkk., 1997).
Dalam menggunakan kunci determinasi, setiap spesies yang akan diidentifikasi dihadapkan pada dua ciri-ciri morfologi yang salah satunya paling sesuai dengan spesies tersebut. Apabila sudah diperoleh ciri-ciri yang sesuai dengan spesies tersebut, kita kemudian menuju ciri-ciri berikutnya sesuai dengan angka yng tercantum di belakang ciri-ciri tersebut. Demikian seterusnya, sampai diperoleh nama spesies tersebut (Van Steenis, dkk., 1997).
Determinasi yaitu membandingkan suatu tumbuhan dengan satu tumbuhan lain yang sudah dikenal sebelumnya (dicocokkan atau dipersamakan). Karena di duniaini tidak ada dua benda yang identik atau persis sama, maka istilah determinasi (Inggris to determine = menentukan,memastikan) dianggap lebih tepat daripada istilah identifikasi (Inggeris to identify = mempersamakan. Untuk mendeterminasi tumbuhan pertama sekali adalah mempelajari sifat morfologi tumbuhan tersebut (seperti posisi, bentuk, ukuran dan jumlah bagian-bagian daun, bunga, buah dan lain-lainnya) (Rifai, 1976).
Langkah berikut adalah untuk membandingkan atau mempersamakan         ciri-ciri tumbuhan tadi dengan tumbuhan lainnya yang sudah dikenali identitasnya,antara lain (Rifai,1976):
1. Ingatan
Pendeterminasian ini dilakukan berdasarkan pengalaman atau ingatan kita. Kita mengenal suatu tumbuhan secara langsung karena identitas jenis tumbuhan yang sama sudah kita ketahui sebelumnya, misalnya didapatkan di kelas, atau pernah mempelajarinya, pernah diberitahukan orang lain dan lain-lain.
2. Bantuan orang
Pendeterminasian dilakukan dengan meminta bantuan ahli-ahli botani sistematika yang bekerja di pusat-pusat penelitian botani sistematika, atau siapa saja yang bisa memberikan pertolongan. Seorang ahli umumnya dapat cepat melakukan pendeterminasian karena pengalamannya, dan kalau menemui kesulitan maka dia akan menggunakan kedua cara berikutnya.
3. Spesimen acuan
Pendeterminasian tumbuhan dapat juga dilakukan dengan membandingkan secara langsung dengan specimen acuan yang biasanya diberi label nama. Spesimen tersebut bisa berupa tumbuhan hidup,misalnya koleksi hidup di kebun raya. Akan tetapi specimen acuan yang umum dipakai adalah koleksi kering atau herbarium.
4.    Pustaka
Cara lain untuk mendeterminasi tumbuhan adalah dengan membandingkan atau mencocokkan ciri-ciri tumbuhan yang akan dideterminasi dengan pertelaan-pertelaan serta gambar-gambar yang ada dalam pustaka. Pertelaan-pertelaan tersebut dapat dijumpai dalam hasil penelitian botani sistematika yang disajikan dalam bentuk monografi, revisi, flora, buku-buku pegangan ataupun bentuk lainnya.
5. Komputer
Berkat pesatnya kemajuan teknologi dan biometrika akan ada mesin elektronika modern yang diprogramkan untuk menyimpan, mengolah dan memberikan kembali keterangan-keterangan tentang tumbuhtumbuhan. Dengan demikian pendeterminasian tumbuh-tumbuhan nantinya akan dapatdilakukan dengan bantuan komputer.
Saran-saran dalam penggunaan kunci determinasi antara lain (Rifai, 1976):
1.    Kumpulkan informasi sebanyak mungkin tentang ciri tumbuhan yang akan dideterminasi (kalau ada lengkap vegetatif dan generatif).
2.    Pilih kunci yang sesuai dengan materi tumbuhan dan daerah geografi dimana tumbuhan tersebut diperoleh.
3.    Baca pengantar kunci tersebut dan semua singkatan atau hal-hal lain yang lebih rinci.
4.    Perhatikan pilihan yang ada secara hati-hati.
5.    Hendaknya semua istilah yang ada dipahami artinya. Gunakan glosarium atau kamus.
6.    Bila spesimen tersebut tidak cocok dengan semua kunci dan semua pilihan layaknya tidak kena,mungkin terjadi kesalahan, ulangi ke belakang.
7.    Apabila kedua pilihannya mugkin, coba ikuti keduanya.
8.    Konfirmasikan pilihan tersebut dengan membaca deskripsinya.
9.    Spesimen yang berhasil dideterminasi sebaiknya diverifikasi dengan ilustrasi atau specimen herbarium yang ada.
Klasifikasi adalah suatu cara pengelompokan yang didasarkan pada       ciri-ciri tertentu. Semua ahli biologi menggunakan suatu sistem klasifikasi untuk mengelompokkan tumbuhan ataupun hewan yang memiliki persamaan struktur. Kemudian setiap kelompok tumbuhan ataupu hewan tersebut dipasang-pasangkan dengan kelompok tumbuhan atau hewan lainnya yang memiliki persamaan dalam kategori lain. Hal itu pertama kali diusulkan oleh John Ray yang berasal dari Inggris. Namun ide itu disempurnakan oleh Carl Von Linne (1707-1778), seorang ahli botani berkebangsaan Swedia yang dikenal pada masa sekarng dengan Carolus Linnaeus. Sistem klasifikasi Linnaeus tetap digunakan sampai sekarang karena sifatnya yang sederhana dan fleksibel sehingga suatu organism baru tetap dapat dimasukkan dalam sistem klasifikasi dengan mudah. Klasifikasi makhluk hidup didasarkan pada persamaan dan perbedaan ciri yang dimiliki makhluk hidup, misalnya bentuk tubuh atau fungsi alat tubuhnya. Makhluk hidup yang memliliki ciri yang sama dikelompokkan dalam satu golongan. Contoh klasifikasi makhluk hidup adalah (Nurudin, 2013):
·         Berdasarkan ukuran tubuhnya. Contoh: Tumbuhan dikelompokkan menjadi pohon, perdu, dan semak.
·         Berdasarkan lingkungan tempat hidupnya. Contoh: Tumbuhan dikelompokkan menjadi tumbuhan yang hidup di lingkungan kering (xerofit), tumbuhan yang hidup di lingkungan air (hidrofit), dan tumbuhan yang hidup di lingkungan lembap (higrofit).
·         Berdasarkan manfaatnya. Contoh: Tumbuhan dikelompokkan menjadi tanaman obat-obatan, tanaman sandang, tanaman hias, tanaman pangan dan sebagainya
·         Berdasarkan jenis makanannya. Contoh: Hewan dikelompokkan menjadi hewan pemakan daging (karnivora), hewan pemakan tumbuhan (herbivora), dan hewan pemakan hewan serta tumbuhan (omnivora).

II.2 Tinjauan Khusus
II.2.1 Aspek Botani
Maman merupakan herba dari suku Capparidaceae. Herba tinggi sampai 80 cm, berambut semacam kelenjar, bau tak sedap. Daun berbilangan 3-5, anak daun bulat telur terbalik memanjang, tepi rata atau bergigi tidak dalam, anak daun tengah 2-7,5 cm panjangnya, yang disamping agak lebih kecil. Bunga mekar waktu malam, berupa tandan diujung. Daun kelopak lepas. Daun mahkota 4, menghadap kesatu sisi, berkuku panjang dan dengan helaian yang bulat telur terbalik. Benang sari tertancap pada tiang diketinggian 12-20 mm, dengan tangkai sari yang ungu. Bakal buah panjangnya 4-5 mm, bentuk garis, pada waktu mekar hanya beberapa mm diatas tempat dimana benang sari tertancap, kemudian pendukung putik tumbuh menjadi 1 cm. Buah kotak berbentuk lobak, dengan 2 katup yang terlepas pada tembuni, panjang 5-9 cm. didaerah dengan musim kemarau yang tegas sangat banyak, sampai tinggi 450 m. di semak, tegalan, sepanjang jalan (Van Steenis, dkk., 1997).
II.2.2 Aspek Ekologi
            Maman Cleome rutidospermae merupakan tanaman perdu menahun yang tumbuh tegak dengan tinggi mencapai 1 m, bercabang banyak dan ditumbuhi rambut halus, dan berbau tidak sedap. Maman Cleome rutidospermae berasal dari Asia Tenggara dan di pulau Jawa ditemukan sampai 450 m diatas permukaan laut, tumbuh disemak-semak, lading, tepi jalan, dan dihutan jati muda (Anonim, 2014).
            Suku Capparidaceae mencakup lebih dari 600 jenis tumbuhan, terbagi dalam 45 marga, terutama terdapat didaerah-daerah iklim panas. Contoh-contoh: Capparis: C. spinosa, C rupestris, Cleome: Cl. Spinosa, Cl. Tentandra, Cl. Violacea, Cl. Aspera, Gynandropsis: G. gynandra (G. pentaphylla), G. speciosa, Polanisia: P.viscosa, P. chelidonii, Cadaba: C. capparoides              (Tjitrosoepomo, 2000).

II.2.3 Aspek Pertumbuhan (Reproduksinya)

Maman Cleome rutidospermae termasuk tumbuhan biji belah (dicotyledonae). Siklus hidup Maman Cleome rutidospermae dalam waktu kurang dari satu tahun atau paling lama satu tahun (mulai dari berkecambah sampai memproduksi biji dan kemudian mati). Karena kebanyakan umurnya hanya seumur tanaman semusim, maka sering disebut sebagai tumbuhan semusim. Tumbuhan tersebut mempunyai beberapa kelebihan yaitu umurnya pendek, menghasilkan biji dalam jumlah yang banyak dan masa dormansi biji yang panjang sehingga dapat lebih bertahan hidupnya (Eko, 2010).

II.2.4 Aspek Ekonomi, Sosial, dan Budaya
            Dilihat dari aspek ekonomi, Maman Cleome rutidospermae tidak mempunyai nilai ekonomis yang tinggi karena merupakan tanaman liar dan belum dibudidayakan. Diantara warga Capparidaceae ada beberapa yang dipelihara sebagai tanaman hias, antara lain Kumis kucing Gynandropsis speciosa                 (Tim Penyusun E-Learning, 2006).
Belum ada banyak tulisan mengenai manfaat dan teknologi penanaman maman yang di tulis oleh saintis dalam negara kita. Menurut ilmu amalan agronomi atau teknologi penanaman maman di Negeri Sembilan                 (Sekitar Gemenceh dan Kuala Pilah), orang Negeri Sembilan adalah orang paling mahir  dalam memasak daun maman untuk dijadikan jeruk atau dibuat rendang maman terutama pada hari-hari perayaan (Anem, 2012).
Maman mengandungi khasiat makanan yang tinggi. Kajian saintis menunjukkan didalam tiap-tiap 100 gram (g) bagian maman yang boleh dimakan, didapati mengandungi air 88.3 g,  protein (4.1 g),  lemak (0.5 g), karbohidrat    (3.5 g), serat (1.8 g), kalsium (275 mg), fosforus (28 mg), ferum (8.1 mg), natrium (16 mg), kalium (269 mg), karotena (5,816 ug), vitamin A (969 ug), vitamin B1 (0.14 mg), vitamin B2 (0.24 mg), niasin (1.4 mg) dan vitamin C (72. mg). Kandungan khasiat yang terkandung maman adalah dari bagian daun, biji dan akar pada kadar yang berbeda-beda. Daun dan biji maman, jika kita ambil dan kemudian digosok pada kulit secara terus-menerus, menyebabkan peradangan pada kulit. Ini menunjukkan memang ada kesan untuk tujuan perubatan atau sebaliknya. Bagian biji maman jika ditumbuk lumat dan kemudiannya ditelan, akan membantu mengeluarkan angin (Anem, 2012).
Daun dan batang Cleome rutidospermae berkhasiat untuk menambah
nafsu makan. Untuk menambah nafsu makan dipakai ± 30 gram daun dan batang
segar Cleome rutidospermae, dicuci, dikukus, dimakan sebagai lalab. Kandungan kimia dalam daun dan batang Cleome rutidospermae mengandung saponin (Anem, 2012).


















BAB III
KUNCI DETERMINASI DAN KLASIFIKASI

1b…2b…3b…4b…6b…7b…9b…10b…11b…12b…13b…14a…15b...
Golongan 9. Daun-daun majemuk tersebar 197a…198b…200b…201b…202b…203b…204b…205a...
Familia: Capparidaceae
III.1 Kunci Determinasi





Keterangan:
1b: Tumbuh-tumbuhan dengan bunga sejati, sedikit-dikitnya dengan benang sari dan (atau) putik. Tumbuh-tumbuhan berbunga.
2b: Tiada alat pembelit. Tumbuh-tumbuhan dapat juga memanjat atau membelit (dengan batang, poros daun atau tangkai daun).
3b: Daun tidak berbentuk jarum ataupun tidak terdapat dalam berkas tersebut diatas.
4b: Tumbuh-tumbuhan tidak menyerupai bangsa rumput. Daun dan (atau) bunga berlainan dengan yang diterangkan diatas.
6b: Dengan daun yang jelas.
7b: Bukan tumbuh-tumbuhan bangsa palem atau yang menyerupainya.
9b: Tumbuh-tumbuhan tidak memanjat dan tidak membelit.
10b: Daun tidak tersusun demikian rapat menjadi rozet.
11b: Tidak demikian. Ibu tulang daun dapat dibedakan jelas dari jarring urat daun dan dari anak cabang tulang daun yang kesamping dan yang serong keatas.
12b: Tidak semua daun duduk dalam karangan atau tidak ada daun sama sekali.
13b: Tumbuh-tumbuhan berbentuk lain.
14a: Daun tersebar, kadang-kadang sebagian berhadapan.
15b: Daun majemuk menjari atau majemuk menyirip atau juga tunggal, kalau demikian tentu berbagi menyirip rangkap sampai bercangap menyirip rangkap (golongan 9).
197a: Daun terdiri atas 2-3 helai anak daun atau daun majemuk menjari.
198b: Daun kebanyakan terdiri atas lebih dari 2 helai anak daun.
200b: Bunga tidak tertancap diantara 2 kelenjar. Tumbuh-tumbuhan tanpa rambut lendir.
201b: Daun tersusun cara lain.
202b: Bunga beraturan.
203b: Daun tanpa bintik minyak yang transparan.
204b: Tumbuh-tumbuhan lain.
205a: Rumput-rumputan yang tegak. Bunga berbilangan 4 dalam tandan yang terletak diujung batang. Buah berbentuk silindris sempit (Capparidaceae)
Sumber: Flora.van Steenis, dkk., 1997.

III.2 Klasifikasi
Klasifikasi dari Maman Cleome rutidospermae sebagai berikut:
Regnum           : Plantae
Divisio             : Spermatophyta
Classis             : Dicotyledonae
Subclassis        : Dialypetalae
Ordo                : Rhoeadales
Familia            : Capparidaceae
Genus              : Cleome
Species            : Cleome rutidospermae
Sumber: Taksonomi Tumbuhan (Spermatophyta), Gembong Tjitrosoepomo, 2000.


















BAB IV
PENCANDRAAN

IV.1 Pencandraan Umum
Maman Cleome rutidospermae termasuk suku Capparidaceae. Tumbuhan ini dikenal dengan beberapa nama antara lain mamang, lenglengan, dan mamam. Orang asing mengenainya dengan sebutan Five-leaved Clove, dan bastrad mustard (Zuhud, dkk., 2013).
Suku Capparidaceae mencakup lebih dari 600 jenis tumbuhan. Contoh-contoh: Capparis: C. spinosa, C rupestris, Cleome: Cl. Spinosa, Cl. Tentandra, Cl. Violacea, Cl. Aspera, Gynandropsis: G. gynandra (G. pentaphylla), G. speciosa, Polanisia: P.viscosa, P. chelidonii, Cadaba: C capparoides (Tjitrosoepomo, 2000).
Batang Maman Cleome rutidospermae lunak, tegak, berbulu atau verambut semacam kelenjar dan berwana hijau keunguan. Bentuk daun bulat telur terbalik memanjang, tepi rata atau bergerigi tidak dalam. Bunga Majemuk, berkelamin dua, di ujung batang dan di ketiak daun, tangkai silindris, kelopak bentuk corong, kepala sari bulat, tangkai putik bulat berwarna kuning. Buah berbentuk kotak, bulat memanjang dan berwarna hijau. Biji bulat kecil dan berwarna hitam. Memiliki sistem perakaran tunggang, warna akar putih kotor (Zuhud, dkk., 2013).



IV.2 Pencandraan Khusus
IV.2.1 Akar (Radix)
4
3
2
1
5
6









Sumber: Dokumentasi Pribadi (Tirza, 2014)
Keterangan Gambar:
1.      Collum (Pangkal akar)
2.      Corpus radicis (batang akar)
3.      Radix lateralis (cabang-cabang akar)
4.      Fibrilla radicalis (serabut akar)
5.      Pilus radicalis (rambut akar)
6.      Calyptra (tudung akar)
Maman Cleome rutidospermae memiliki sistem perakaran tunggang  (radix primaria), yaitu jika akar lembaga tumbuh terus menjadi akar pokok yang bercabang-cabang menjadi akar yang lebih kecil.



IV.2.2 Batang (Caulis)

1









Sumber: Dokumentasi Pribadi (Tirza, 2014)
Keterangan Gambar:
1.      Batang (Caulis)
Batang tegak, tingi dapat mencapai satu meter, bercabang banyak, berambut halus.  Bentuk batang bulat (teres) dan termasuk jenis batang herbaceous (basah). Selain itu, permukaan batangnya bersifat licin (laevis), arah tumbuh batang tegak lurus (erectus).






IV.2.3 Daun (Folium)
1
2
3
 





           



Sumber: Dokumentasi Pribadi (Tirza, 2014)
Keterangan:
1.      Apex folii (ujung daun)
2.      Basis folii (pangkal daun)
3.      Margo folii (tepi daun)

Folium compositum (Daun majemuk)
Circumscriptio (bangun daun)            : Orbicularis (bundar)
Intervenium (daging daun)                  : Herbaceus (tipis lunak)
Margo folii (tepi daun)                        : Integer (rata)
Apex folii (ujung daun)                        : Rotundatus (ujung tumpul)
Basis folii (pangkal daun)                    : Obovatus (bulat telur sungsang)
Permukaan daun                                 : Leavis (licin)
Nervatio (tulang daun)                        : Rectinervis (lurus)
Duduk daun                                         : Folio oppsita (berhadapan bersilang)
Maman Cleome rutidospermae memiliki jenis daun majemuk atau folium compositum dimana terdapat bagian-bagian: anak daun atau foliolus, batang daun atau petiolus dan ibu batang daun atau petiolus communis. Jenis daun majemuknya adalah daun majemuk menjari beranak daun lima atau quinquefoliatus. Memiliki circumscriptio atau bangun daun orbicularis atau bundar dimana perbandingan panjang dan lebarnya adalah 1 : 1. Setelah di sentuh pada daun, sapat diketahui bahwa intervenium atau daging daunnya adalah herbaceus atau tipis lunak. Margo folii atau pinggir daun terlihat jelas menunjukkan bentuk yang rata atau integer. Sedangkan apex folii atau ujung daun adalah rotundatus dimana seperti ujung tumpul, tidak membentuk sudut sama sekali, sehingga pada ujungnya terbebtuk semacam suatu busur. Dan pada bagian basis folii atau pangkal daunnya merupakan obovatus yang memang umumnya terdapat pada daun-daun berbangun bulat telur dan jorong. Permukaan daun pada daun ini adalah leavis atau licin. Nervatio atau pertulangan daun dari bunga maman ini adalah bertulang sejajar atau bertulang lurus (rectinervis), dimana umumnya pada daun terdapat satu tulang yang membujur pada daun , dan tulang-tulang lainnya jelas lebih kecil dan nampak semuanya memiliki arah sejajar dengan ibu tulang. Duduk daunnya yaitu folio oppsita atau dimana antara daun yang satu dengan daun yang lainnya dipisahkan oleh jarak seluas 180 atau intinya daun-daun tersebut berhadapan bersilang.



IV.2.4 Bunga (Flos)
3
4
1
2
 










Sumber: Dokumentasi Pribadi (Tirza, 2014)

Keterangan:
1.      Mahkota (corolla)
2.      Benang sari (stamen)
3.      Kelopak (calyx)
4.      Tangkai bunga (pedicellus)
            Memiliki ciri morfologi berupa tumbuhan herba tegak, merambat atau tumbuh merangkak tinggi 0.15-0,80 m, berbunga sepanjang tahun. Daun mahkota bunga dengan ujung runcing seperti cakar, panjang 9-12 mm, bulu-bulu halus yang pendek; tangkai buah 20-30 mm, batang (berbentuk kapsul) yang masak berada di atas goresan daun berangsur-angsur meruncing seperti paruh; diameter biji 1,75-2 mm, elaiosom keputihan; helaian daun biasanya 3, bentuk daun memanjang atau bulat memanjang, tajam atau tumpul, dengan bulu-bulu tebal pendek; batang 0,5-2 cm dengan duri tipis.
IV.2.5 Buah dan biji (Fructus dan Semen)


 

           

2
3
4
1
 




Sumber: Dokumentasi Pribadi (Tirza, 2014)

Keterangan:
1.      Buah (fructus)
2.      Tangkai buah (pedicellus)
3.      Kulit luar (eksocarpium)
4.      Biji (semen)
Buah kotak berbentuk silindris sempit, dengan 2 katup yang terlepas pada tembuni, panjang 5-9 cm. Bakal buah panjangnya 4-5 mm, bentuk garis, pada waktu mekar hanya beberapa mm diatas tempat dimana benang sari tertancap, kemudian pendukung putik tumbuh menjadi 1 cm.



BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

V.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari pencandraan yang telah dilakukan yaitu sebagai berikut:
1.      Berdasarkan kunci determinasi dan klasifikasi, tanaman Maman          Cleome rutidospermae tergolong divisi Spermatophyta (Tumbuhan biji).
2.      Secara morfologi, Maman Cleome rutidospermae tergolong kelas dikotil (tumbuhan biji belah).
3.      Maman Cleome rutidospermae termasuk suku Capparidaceae. Batang Maman Cleome rutidospermae lunak, tegak. Bentuk daun bulat telur terbalik memanjang, tepi rata atau bergerigi tidak dalam. Bunga Majemuk, berkelamin dua. Buah berbentuk kotak, bulat memanjang dan berwarna hijau. Biji bulat kecil dan berwarna hitam. Memiliki sistem perakaran tunggang.

V.2 Saran
Pemberian waktu pengerjaan laporan pencandraan agar lebih diefisienkan demi kesempurnaan  laporan pencandraan ini.





DAFTAR PUSTAKA

Anem, M., 2012. Maman–Apa Khasiatnya? http://animhosnan.wordpress.com. Diakses pada Senin, 17 November 2014, pukul 23:00 WITA.

Anonim, 2014. Mamam Gynandropsis gynandra (L.) Briq. http://www.jamunusantara.com. Diakses pada Selasa, 18 November 2014, pukul 00:00 WITA.

Eko, 2010. Identifikasi Gulma. http://ekyowinnersnews.wordpress.com. Diakses pada Kamis, 20 November 2014, pukul 15:00 WITA.

Issirep, Sumardi, 2005. Struktur dan Perkembangan Tumbuhan. Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Jakarta.

Nurudin, Muhamad,2013. Pengertian Taksonomi, Takson, dan Klasifikasi. http://laskartresnaku96.wordpress.com. Diakses pada Senin, 17 November 2014 pukul 20:00 WITA.

Rifai, M.A. 1976. Sendi-sendi Botani Sistematik. Lembaga Biologi Nasional, LIPI. Bogor.

 

Tim Penyusun E-Learning, 2006. Taksonomi Tumbuhan. http://biologyeastborneo.com. Diakses pada Selasa, 18 November 2014 pukul 20.00 WITA.

Tjitrosoepomo, Gembong, 1992. Morfologi Tumbuhan. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Tjitrosoepomo, Gembong, 2000. Taksonomi Tumbuhan (Spermatophyta). Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Van Steenis,  C.G.G.J., den Hoed, D., Bloembergen, S., Eyna, P.J., 1997. Flora. Pradnya Paramita, Jakarta.
Zuhud, E.A.M., Siswoyo, E. Sandra,  Hikmat, A.,  Adhiyanto, E., 2013. Buku Acuan Umum Tumbuhan Obat Indonesia Jilid IX. Dian Rakyat, Jakarta.

1 komentar: